Kamis, 08 Maret 2018

Fauna Yang Dilindungi


KITA mungkin sudah sangat sering mendengar mengenai hewan atau satwa yang dilindungi dan dilarang untuk memburu, membunuh bahkan memeliharanya secara pribadi sekalipun. Tapi tahukah anda, di Kalteng, hewan apa sajakah yang termasuk kategori dilindungi?

Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Kalimantan Tengah mendata hingga saat ini, sedikitnya ada 24 jenis hewan di Kalteng yang masuk kategori dilindungi. Ke-24 jenis hewan tersebut harus dilindungi, karena saat ini populasinya terus berkurang yang diakibatkan berbagai macam penyebab. Namun penyebab utama semakin berkurangnya populasi satwa itu adalah akibat perburuan baik untuk di konsumsi maupun di perjualbelikan dan kerusakan habitat mereka di hutan.

Ke-24 jenis hewan yang dilindungi tersebut adalah Orangutan, Bekantan, Kelasi, Owa-owa, Munjak, Beruang Madu, Kukang, Kucing hutan ,  Kucing Batu, Kucing Kepala Pipih, Kancil, Elang, Alap-alap, cucak Rowo, Cucak Hijau, Julang, Enggang, Rangkong, Kengkareng, Burung Udang, Raja Udang, Bangau,  Buaya Muara, Biawak Kalimantan.

Nah, dari berbagai jenis hewan atau satwa tadi, mungkin di antara kita saat ini hanya beberapa yang pernah melihatnya secara langsung. Misalnya saja seperti Burung Tingang. Sebagian besar di antara kita hanya pernah melihat foto-fotonya atau bulunya saja yang sering dipergunakan sebagai aksesoris atau kelengkapan pakaian. Karena memang beberapa di antaranya sudah betul-betul termasuk kategori langka dan sangat sulit dijumpai di masa sekarang.

So...mulai sekarang, mari kita turut melestarikan satwa-satwa itu dari kepunahan. Biarkan mereka tetap hidup bebas di alamnya. Mari kita jaga kelestarian alam, terutama hutan.

Dan bagi para pelaku yang sengaja memelihara satwa liar dilindungi itu, berdasarkan Undang-Undang  Nomor 5 Tahun 1990, bisa dikenakan sanksi penjara minimal 5 tahun dan denda Rp 100 juta. Bahkan seseorang yang tidak sengaja atau kelalaian memelihara satwa liar, maka juga bisa disanksi penjara 1 tahun dan denda Rp 50 juta. ()





Orang Utan 

Orangutan ini dalam bahasa Inggris disebut dengan nama Bornean Orangutan. Sedangkan nama latin atau nama Ilmiahnya adalah Pongo pygmaeus.
Gambar Orangutan Kalimantan atau Bornean Orangutan seperti di bawah ini



Orangutan Kalimantan ini hidup di hutan tropis dan hutan subtropis di dataran rendah Kalimantan. Pada umumnya mereka memakan benih, daun, buah ara, bunga, madu, serangga hingga telur burung.
Statusnya di IUCN sangat terancam. Itu disebebkan hilangnya habitat dan perburuan liar serta beralihnya hutan menjadi kebun kelapa sawit. Perburuan liar ini selain daging orangutan yang dimanfaatkan untuk dikonsumsi juga untuk dijadikan hewan peliharaan untuk yang masih muda.
Umur Orangutan Kalimantan ini di alam liar hidupnya bisa mencapai 40 tahun, akan tetapi di penangkaran bisa mencapai 60 tahun.

Tupai Terbang
Tupai Terbang ini dalam bahasa Inggris disebut dengan nama Flying Squirrel.
Ada 44 spesies tupai terbang dan beberapa tinggal di Kalimantan. Tupai ini adalah keluarga Sciuridae dan termasuk binatang pengerat.
Gambar Tupai terbang seperti terlihat dibawah ini


Sebenarnya tupai ini tidaklah benar benar terbang, melainkan meloncat lalu melayang dari pohon satu ke pohon lainya yang mana menggunakan bantuan parasut yang terbentang antara kaki depan dan kaki belakangnya. Dan parasut ini disebut dengan patagium.
Akibat dari penebangan hutan dan konversi pertanian menjadikanya masuk dalam daftar IUCNyang berstatus Sedikit Kepedulian ( Least Concern )

Kucing Merah

Kucing Merah, dalam bahasa Inggris disebut dengan nama Borneo Bay Cat, Bay Cat, Bornean Bay Cat, sedangkan nama latinya adalah Catopuma badia.
Kucing merupakan hewan peliharaan yang populer banyak dipelihara oleh manusia, berbagai jenis kucing bisa diperjualbelikan, mulai dari harga kucing yang murah hingga yang mahal, jenis kucing berbulu panjang hingga pendek dan dengan warna apa saja. Akan tetapi, jenis kucing yang satu ini jangan harap sahabat bisa memilikinya, karena kucing ini adalah kucing liar yang habitatnya di hutan.
Gambar Kucing Merah seperti di bawah ini

Kucing merah kalimanatan, ya inilah jenis kucing yang tak akan pernah sahabat bisa beli walau dengan harga berapapun. Untuk mengabadikan atau mengambil gambar kucing merah ini pun, kayaknya hanya tinggal mimpi deh.
Itu karena kucing merah kalimantan ini sangat sulit untuk dijumpai, bahkan para peneliti kucing asal kalimantan ini geleng geleng kepala untuk memastikan perilaku keseharian dihabitat asalnya, Banyak para peneliti yang berkolaborasi untuk membuka rahasia perilaku kucing yang memiliki nama latin Pardofelis badia ini.

HABITAT DAN PERSEBARAN KUCING MERAH KALIMANTAN

Namanya saja sudah menggambarkan kalau jenis kucing ini berasal dari pulau Kalimantan atau nama lainya pulau Borneo. Itu benar adanya, akan tetapi pulau Kalimantan sendiri terdiri dari tiga negara, yakni John Edward Gray adalah orang pertama yang menjelaskan kucing merah kalimantan ini berdasarkan binominal badia Feilis yang mana ini terjadi pada tahun 1874. Penjelasan ini berdasarkan kulit dan juga tengkorak yang dikumpulkan di Sarawak pada tahun 1856.


Pada awalnya kucing merah ini dianggap sebagai anak dari kucing emas Asia. Akan tetapi, sebenarnya mereka masih berkerabat, ini berdasarkan sampel yang dianalisa dari jaringan dan juga darah dari kucing betina yang diperoleh pada tahun 1992.

Karena kedua ini masih kerabat, maka dalam klasifikasinya kedua jenis kucing hutan ini di masukan atau dikelompokan dalam genus Pardofelis. Dan berikut klasifikasinya :

Kingdom:Animalia
Filum:Chordata
Kelas:Mammalia
Ordo:Carnivora
Famili:Felidae
Genus:Pardofelis

Spesies:P.badiaBrunei Darussalam, Malaysia dan juga Indonesia.

Untuk itu, jangan langsung mengakui kalau kucing merah Kalimantan adalah satwa atau hewan Indonesia dulu ya, dan sebaiknya kita lihat dulu sejauh mana persebaran dan habitat kucing hutan ini.

Ada 15 ekor kucing merah Kalimantan yang tercatat pada tahun 2003 hingga 2005 terlihat di Kalimantan, negara bagian Malaysia ( Sarawak dan Sabah ), akan tetapai tidak dijumpai kucing merah ini ada di Brunei.
Kucing merah ini memang sangatlah sulit untuk dipahami, itu karena kucing hutan yang satu ini jarang sekali terlihat ketika di teliti, butuh waktu berbulan bulan untuk mendapatkan foto atau gambar dari kucing merah ini.
Bahkan dari bulan juli tahun 2015 hingga Januari tahun 2009 hanya menghasilkan 1 foto kucing merah Kalimantan di Sabah di ketinggian 112 km2 (43 sq mi).

Burung Kuan Melayu (Merak Kerdil)


 


Burung Kuan Melayu atau Merak kerdil atau Kuau-kerdil malaya atau Kuau melayu atau dalam nama ilmiahnya (Polyplectron malacense) adalah salah satu burung yang terdapat di dalam suku Phasianidae. Kuau-kerdil malaya berukuran sedang, dengan panjang sekitar 53cm. Burung ini memiliki bulu berwarna coklat, dengan tanda bintik hijau metalik berbentuk seperti mata. Burung jantan mempunyai jambul berwarna biru gelap kehijauan, iris berwarna biru-putih dan kulit sekitar matanya berwarna merah. Burung betina berukuran lebih kecil dari burung jantan. Bulu-bulunya kurang mengilap dan lebih suram. Populasi Kuau-kerdil malaya tersebar dan endemik di hutan dataran rendah semenanjung Malaya. Sebelumnya burung ini ditemukan juga di Thailand, Myanmar dan Singapura, namun sekarang telah punah di sana. Populasi spesies ini dapat ditemukan di Malaysia bagian tengah.

Kuau-kerdil malaya poligamis. Jantan berpasangan dengan beberapa ekor betina. Pakannya berupa aneka serangga dan larvanya. Betina biasanya menetaskan sebutir telur yang dierami selama 22-23 hari. Akibat menyusutnya hutan serta habitatnya yang sangat terbatas, kuau-kerdil malaya dimasukkan sebagai rentan di dalam IUCN Red List. Spesies ini didaftarkan dalam CITES Appendix II. Hewan ini terdaftar sebagai fauna identitas provinsi Kalimantan Tengah, walaupun mungkin yang dimaksudkan adalah kuau-kerdil Kalimantan


Kucing Batu atau disebut marbled cat (pardofelis marmorata)




Kucing batu atau disebut marbled cat (pardofelis marmorata) sangat dicari oleh para peneliti. Lewat kamera pengintai, hewan langka yang hidup di Pulau Kalimantan dan Sumatera itu akhirnya bisa terekam penampakannya. Begini ceritanya.

Diberitakan Livescience, Minggu (27/3/2016), para peneliti selama ini kesulitan untuk bisa menemukan kucing batu. Pergerakannya yang gesit dan lincah di saat gelap (hewan nokturnal yang bergerak mencari makan saat malam), membuat informasi tentang si kucing belum terlalu banyak, terutama soal populasinya. Karena itu, tim peneliti memasang kamera pengintai.Lewat proses pemantauan yang berlangsung berbulan bulan di pedalaman hutan Kalimantan, akhirnya hewan berkulit seperti macan tutul itu bisa terekam kamera. Para peneliti menemukan hewat tersebut di area hutan 'perawan', hutan yang sudah dieksploitasi manusia dan hutan tinggi di pegunungan.Selain untuk perlindungan, para peneliti juga penasaran dengan perilaku kucing batu. Terutama jenis makanannya. Andrew Hearn, kandidat doktoral dari Wildlife Conservation Research Unit di University of Oxford Inggris menyatakan, dalam penelitian itu memperlihatkan kucing batu sedang memburu seekor burung dan primata kecil.Beberapa informasi soal kucing batu yang diketahui selama ini:- Panjang tubuh kucing batu berkisar antara 45-62 cm dengan panjang ekor 35-55 cm dan tubuh seberat 2-5 kg.- Kucing batu pun memiliki ekor yang panjang dan berbulu sangat tebal. Ukuran dan bentuk ekor ini mempunyai fungsi sebagai penjaga keseimbangan ketika kucing batu bergerak di dahan atau ranting pohon. Selain itu, kedua pasang kakinya besar dan kokoh.- Populasi kucing batu tersebar di kawasan Indomalaya, terbentang dari timur India, Nepal, China sampai Asia Tenggara di Pulau Sumatera dan Kalimantan.- Di seluruh dunia populasinya diperkirakan sekitar 10.000 ekor.

Data ini cukup penting untuk mengetahui cara perlindungan bagi hewan langka tersebut. Sekadar informasi, kucing batu sudah masuk dalam 'daftar merah' atau terancam punah di International Union for Conservation of Nature's (IUCN). Dalam daftar hewan langka di PP No 7 Tahun 1999, kucing batu masuk dalam daftar dengan nama Kuwuk.


Burung Enggang




Burung Enggang atau Burung Rangkong (bahasa Inggris: Hornbill) adalah sejenis burung yang mempunyai paruh berbentuk tanduk sapi tetapi tanpa lingkaran. Biasanya paruhnya itu berwarna terang. Nama ilmiahnya "Buceros" merujuk pada bentuk paruh, dan memiliki arti "tanduk sapi" dalam Bahasa Yunani. Burung Enggang tergolong dalam kelompok Bucerotidae yang termasuk 57 spesies. Sembilan spesies daripadanya berasal endemik di bagian selatan Afrika. Makanannya terutama buah-buahan juga kadal, kelelawar, tikus, ular dan berbagai jenis serangga. (SUMBER: http://id.wikipedia.org/wiki/Enggang)

Enggang (Allo, Ruai/Arue sebutan bagi orang dayak) adalah jenis burung yang ada di pulau Borneo. Burung enggang memiliki ukuran tubuh cukup besar, yaitu sekitar 100 cm. Ada sekitar 8 jenis burung enggang dengan warna tubuh perpaduan antara hitam dan putih, sedangkan warna paruhnya merupakan perpaduan warna kuning, jingga dan merah. Ciri khas dari burung ini adalah adanya cula paruh (casque) yang tumbuh di atas paruhnya. Burung yang makanannya buah ara ini mempunyai tingkah laku bersarang yang khusus. Burung enggang mempunyai kebiasaan hidup berpasang-pasangan dan cara bertelurnya merupakan suatu daya tarik tersendiri.Pada awal masa bertelur burung jantan membuat lubang yang terletak tinggi pada batang pohon untuk tempat bersarang dan bertelurnya burung betina.kemudian burung jantan memberi makan burung betinanya melalui sebuah lubang kecil selama masa inkubasi, dan berlanjut sampai anak mereka tumbuh menjadi burung muda. Mengapa burung Enggang ini di jadikan sebagai simbol oleh suku dayak? Burung ini menyimbolkan suku dayak layaknya burung Merpati menyimbolkan kesucian dan keabadian dalam keagamaan Kristiani. Karena itu pula, burung enggang ini dijadikan sebagai contoh kehidupan bagi orang dayak untuk bermasyarakat agar selalu mencintai dan mengasihi pasangan hidupnya dan mengasuh anak mereka hingga menjadi seorang dayak yang mandiri dan dewasa. Namun sekarang ini burung enggang merupakan burung langka yang sudah sangat sulit di temui di hutan borneo, ini dikarenakan pengerusakan hutan borneo yang terus-menerus terjadi, seperti penebangan hutan baik illegal logging maupun untuk dijadikan lahan perkebunan kelapa sawit. Nasib burung enggang ini sekarang sama seperti nasib suku Dayak di borneo yang semakin terpinggirkan di tanahnya sendiri. Sekarang burung ini hanya sebagai simbol dan hanya dapat dilihat dalam suatu rekaman gambar yang menunjukkan masa kejayaannya dimasa lampau. Burung ini hanya dapat dilihat sebagai simbol yang dilukiskan berupa motif seperti pada gambar ini. Kasihan sekali nasib mereka. Sebagian yang tersisa darinya hanya sebuah gambar dan segelintir bagian paruh dan bulu yang tetap di simpan rapi oleh masyarakat suku dayak

Burung Enggang Si Burung Juga Lambang Kesetian

Burung enggang ini akan memiiliki akan warna paruh dan tanduk berwarna orange yang terang pada saat burung Enggang sudah deawasa lain halnya saat burung Enggang ini masih kecil dia memiliki paruh dan tanduk yang putih karena akibat bertambahanya umur dan kebiasaan burung Enggang menggosakan paruh pada bagian tubuh yang mempunyai pekmen warna maka seiring berjalanya waktu tanduk dan paruh burung ini akan berubah Orenge. 

Burung Enggang ini bisanya hidup secara berpasangan dan membuat sangkar pada pohon yang tinggi denga cara membuat lubang pada batang pohon pada waktu bertelur burung betina akan menutup sarangnya dengan daun dan lumpur dan membuat lubang kecil untuk si burung Enggang jantan memberikan makanannya bisanya burung ENggang akan mengahasilkan telur dalam sekali bertelur antara 5 butir sampai 6 butir telur, dan ketika telur-telur sudah menetas dan memuat sarang tidak muat lagi maka Induk burung Enggang akan keluar untuk memperbaiki agar bisa muat untuk anak-anak mereka.

Karena kesetian burung Enggang jantan dalam melayani burung ENggang mencarikan makan pada saat burung Enggang betina bertelur sampai membesarkan anak-anaknya ini maka burung ini banyak di jadikan lambang untuk lambang kesetian. 

Burung Enggang Dalam Mitos

Di dalam mitosanya di Kalimantan burung ini deisebut dengan burung "Alam Atas" dari mitosnya burung ini adalah burung jelmaan Panglima Perang dan akan muncull dapa saat ada peperangan saja, oleh masyarakat kalimantan burung ini di skralkan tidak boleh di buru dan kalaupun ada burung Enggang yang mati maka burung ini tidak di buang begitu saja melainkan kepala dan ranggaka burung akan di smpan dan kepalnya akan di ajdkan hiasan kepala pada kepala dan akan di gunakan oleh orang-orang tertentu saja. 


Bekantan




Bekantan atau biasa disebut Monyet Belanda merupakan satwa endemik Pulau Kalimantan (Indonesia, Brunei, dan Malaysia). Bekantan merupakan sejenis kera yang mempunyai ciri khas hidung yang panjang dan besar dengan rambut berwarna coklat kemerahan. Dalam bahasa ilmiah, Bekantan disebut Nasalis larvatus.

Bekantan dalam bahasa latin (ilmiah) disebut Nasalis larvatus, sedang dalam bahasa inggris disebut Long-Nosed Monkey atau Proboscis Monkey. Di negara-negara lain disebut dengan beberapa nama seperti Kera Bekantan (Malaysia), Bangkatan (Brunei), Neusaap (Belanda). Masyarakat Kalimantan sendiri memberikan beberapa nama pada spesies kera berhidung panjang ini seperti Kera Belanda, Pika, Bahara Bentangan, Raseng dan Kahau.

Bekantan yang merupakan satu dari dua spesies anggota Genus Nasalis ini sebenarnya terdiri atas dua subspesies yaitu Nasalis larvatus larvatus dan Nasalis larvatus orientalis. Nasalis larvatus larvatus terdapat dihampir seluruh bagian pulau Kalimantan sedangkan Nasalis larvatus orientalis terdapat di bagian timur laut dari Pulau Kalimantan.


Gambar Bekantan Jantan

Binatang yang oleh IUCN Redlist dikategorikan dalam status konservasi “Terancam” (Endangered) merupakan satwa endemik pulau Kalimantan. Satwa ini dijadikan maskot (fauna identitas) provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan SK Gubernur Kalsel No. 29 Tahun 1990 tanggal 16 Januari 1990. Selain itu, satwa ini juga menjadi maskot Dunia Fantasi Ancol.

Ciri-ciri dan Habitat Bekantan. Hidung panjang dan besar pada Bekantan (Nasalis larvatus) hanya dimiliki oleh spesies jantan. Fungsi dari hidung besar pada bekantan jantan masih tidak jelas, namun ini mungkin disebabkan oleh seleksi alam. Kera betina lebih memilih jantan dengan hidung besar sebagai pasangannya. Karena hidungnya inilah, bekantan dikenal juga sebagai Monyet Belanda.

Bekantan jantan berukuran lebih besar dari betina. Ukurannya dapat mencapai 75 cm dengan berat mencapai 24 kg. Kera Bekantan betina berukuran sekitar 60 cm dengan berat 12 kg. Spesies ini juga memiliki perut yang besar (buncit). Perut buncit ini sebagai akibat dari kebiasaan mengkonsumsi makanannya yang selain mengonsumsi buah-buahan dan biji-bijian mereka juga memakan dedaunan yang menghasilkan banyak gas pada waktu dicerna.

Bekantan (Nasalis larvatus) hidup secara berkelompok. Masing-masing kelompok dipimpin oleh seekor Bekantan jantan yang besar dan kuat. Biasanya dalam satu kelompok berjumlah sekitar 10 sampai 30 ekor.

Satwa yang dilindungi ini lebih banyak menghabiskan waktu di atas pohon. Walaupun demikian Bekantan juga mampu berenang dan menyelam dengan baik, terkadang terlihat berenang menyeberang sungai atau bahkan berenang dari satu pulau ke pulau lain.

Seekor Bekantan betina mempunyai masa kehamilan sekitar166 hari atau 5-6 bulan dan hanya melahirkan 1 (satu) ekor anak dalam sekali masa kehamilan. Anak Bekantan ini akan bersama induknya hingga menginjak dewasa (berumur 4-5 tahun).

Habitat Bekantan (Nasalis larvatus) masih dapat dijumpai di beberapa lokasi antara lain di Suaka Margasatwa (SM) Pleihari Tanah Laut, SM Pleihari Martapura, Cagar Alam (CA) Pulau Kaget, CA Gunung Kentawan, CA Selat Sebuku dan Teluk Kelumpang. Juga terdapat di pinggiran Sungai Barito, Sungai Negara, Sungai Paminggir, Sungai Tapin, Pulau Bakut dan Pulau Kembang.

Konservasi Bekantan. Bekantan (Nasalis larvatus) oleh IUCN Redlist sejak tahun 2000 dimasukkan dalam status konservasi kategori Endangered (Terancam Kepunahan) setelah sebelumnya masuk kategori “Rentan” (Vulnerable; VU). Selain itu Bekantan juga terdaftar pada CITES sebagai Apendix I (tidak boleh diperdagangkan secara internasional)

Pada tahun 1987 diperkirakan terdapat sekitar 260.000 Bekantan di Pulau Kalimantan saja tetapi pada tahun 2008 diperkirakan jumlah itu menurun drastis dan hanya tersisa sekitar 25.000. Hal ini disebabkan oleh banyaknya habitat yang mulai beralih fungsi dan kebakaran hutan.



Kukang

Kukang adalah jenis primata yang gerakannya lambat. Kukang memanjat dan bergerak di antara ranting dan cabang pohon dengan perlahan-lahan dan hati-hati bahkan bisa dibilang hampir tidak pernah melompat.


Ukuran tangan dan kaki hewan kukang hampir sama panjang, dan keduanya  cukup panjang sehingga kukang mampu merentangkan tubuhnya dan berputar untuk meraih ranting yang berdekatan.
Tangan dan kaki kukang telah mengalami adaptasi sedemikian rupa, yang menjadikanya bisa memegang erat ranting – ranting dalam jangka waktu cukup lama bahkan tanpa membuat hewan kukang ini kelelahan.

Tupai Peminum Darah


Tupai peminum darah (Rheithrosciurus macrotis) merupakan salah satu hewan terlangka di Kalimantan yang sangat jarang terlihat. Kabarnya hewan ini bisa membunuh seekor rusa Muntjak (Kijang).
Akhirnya hewan ini bisa dilihat lewat sebuah rekaman video yang diunggah Youtube yang menunjukan aktifitas Tupai peminum darah di malam hari di Taman Nasional Gunung Palung, Kalimantan Barat. Video tersebut didapat dari tim Ilmuwan Universitas Michigan dan Universitas Victoria
Tupai ini berbeda dengan tupai pada umumnya, terutama dari bulu telinga yang panjang dan ekor besarnya. Bahkan banyak Ilmuwan yang menyebutkan bahwa Tupai peminum darah merupakan salah satu mamalia yang memiliki ekor bulu terlebat. Ekor hewan ini memang 30% lebih besar dibanding dari tubuhnya, sedangkan panjangnya mencapai 36 centimenter.
Tupai peminum darah (Rheithrosciurus macrotis) adalah jenis tupai yang aktif pada malam hari. Tupai ini memiliki bulu ekor yang lebat, tupai ini memiliki sifat agresif bahkan dikatakan bahwa tupai ini dapat membunuh seekor kijang. Tupai ini termasuk hewan endemik dari Klaimantan tapi tupai ini jarang menampakan diri, penampakannya bisa di hitung dengan jari.

Tapi banyak juga Ilmuwan yang masih ragu jika hewan ini suka meminum darah hewan lain. Selain itu, karena terbatasnya hasil temuan tentang Tupai tersebut, hingga saat ini, belum diketahui makanan yang sering dimakan hewan pengerat tersebut.

Owa-Owa



Owa-Owa (Hylobates muelleri) adalah salah satu jenis hewan yamg aktif pada siang hari, owa-owa memiliki lengan yang panjang yang berfungsi untuk bergelantungan pada pohon. Owa-owa merupakan hewan endemik kaliantan yang habitatnya berada pada hutan hujan pada wilayah bagian timur dan bagian utara Kalimantan.


Lutung Dahi Putih



Lutung Dahi Putih (Presbytis frontata) adalah lurtung endemik dari Kalimantan yang habitatnya pada dataran tinggi di Kalimantan. Lutung ini memiliki sedikit warna putih pada dahinya dan tubuhnya memiliki rambut berwarna coklat abu-abu.

Lutung Merah


Lutung Merah (Presbytis rubicunda) sejenis kera yang termasuk hewan endemik dari pulau Kalimantan dan pulau Karimata. Makanan lutung merah adalah daun-daun muda dan juga biji-bijian.




*) disadur dari berbagai sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar